Sabtu, 19 Mei 2012

KEBANGKITAN PEMUDA MASA KINI




Oleh: Epi Suhaepi, S.Pd

Pemuda merupakan tumpuan dan harapan bangsa, disetiap kebangkitan suatu bangsa terdapat pemuda sebagai rahasia kekuatannya. Peran pemuda yang membawa perubahan bagi bangsa menjadi gelora semangat bagi generasi pemuda selanjutnya. Pentingnya peran pemuda membuat Soekarno semangat untuk merubah dunia yang mana hal ini tersirat dalam jargonnya yang terkenal, “berikan aku sepuluh pemuda maka akan kugoncangkan dunia”. Namun demikian, ditengah kebanggaan akan peran pemuda, para pemuda saat ini kerapkali terbuai karena keberhasilan dari generasi pendahulunya. Tugas besar mereka dirasa sudah selesai sehingga mereka merasa tidak punya beban sejarah saat ini dan disini. Justru karena prestasi yang ditorehkan oleh para pemuda terdahulu maka sudah seharusnya hal itu dijadikan spirit-movement oleh pemuda sekarang untuk menjadikan Indonesia lebih baik lagi. Kebanggaan akan masa lalu tanpa dijadikan pelajaran untuk mengukir prestasi dimasa depan hanya menjadikan harapan jauh dari kenyataan.

Peran pemuda masa kini amat berbeda dengan peran pemuda dimasa lalu. Dalam sejarah pemuda Indonesia, kita mengenal beberapa generasi pemuda Indonesia yang terlahir untuk menjawab kondisi krisis pada zamannya. Dimasa penjajahan, tahun 1908 telah lahir gerakan Boedi Oetomo yang mengawali kebangkitan bangsa Indonesia. Dua puluh tahun kemudian terlahir gerakan pemuda yang mengikrarkan diri dalam rangka menyatukan rasa dan asa yang disebut dengan Sumpah Pemuda (1928). Mereka hadir sebagai pemuda-pemudi yang siap berada digarda terdepan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Kemudian, pada masa kemerdekaan, pemuda Indonesia dihadapkan pada tantangan internal bangsanya sendiri yaitu generasi 66 yang berhasil menumbangkan rezim Orde Lama (Soekarno) dan keberhasilan yang sama dicetak oleh generasi 98 yang menumbangkan rezim Orde Baru (Soeharto). Kelahiran generasi Beodi Oetomo, Sumpah Pemuda, generasi 66 dan generasi 98 merupakan reaksi dari kondisi saat itu sehingga kalau strategi perjuangan pemuda Indonesia masa lalu dijadikan strategi perjuangan masa kini maka kurang relevan lagi. Akan tetapi, fakta sejarah itu aman dikonsumsi dimasa kini asal dalam kadar yang minimal. Artinya, gerak perjuangan para pemuda terdahulu jangan diambil secara mentah tetapi dilakukan penyaringan terlebih dahulu sehingga bisa diambil mana yang bisa digunakan dengan kondisi masa kini dan mana yang tidak.

Gerakan pemuda Indonesia masa kini harus melangkah lebih maju dan memperluas peran serta fungsinya. Perluasan peran ini sebagai respon dari perubahan zaman dan sekaligus proses metamorfosis dari masa lalu untuk menjawab tantangan masa depan. Metamorfosis itu menghendaki kelanjutan dari perjuangan masa lalu dan perbaikan untuk masa depan. Pertama, dari wacana menuju realita. Wacana-wacana yang seringkali digaungkan oleh berbagai organisasi pemuda tentang korupsi, kemiskinan, HAM dan globalisasi terlalu mewah bagi rakyat Indonesia yang mayoritas miskin. Mereka rela menyokong rezim apa saja hanya dengan imbalan satu liter beras. Oleh karena itu, program pemuda seperti desa binaan, pemberdayaan anak jalanan dan kuliah kerja nyata (KKN) lebih bermanfaat dari sekedar aksi wacana, baik melalui demontrasi maupun media. Hal ini bukan berarti menganggap bahwa wacana tidaklah penting,  tetapi hanya menegaskan bahwa jangan jadikan  wacana menjadi harapan tunggal yang bisa membawa perubahan. 

Kedua, lemahnya semangat kontribusi. Seringkali kita melihat berbagai organisasi kepemudaan tidak mau bergerak bersama padahal menyuarakan hal yang sama. Program atau kegiatan yang dipelopori para pemuda seringkali didasarkan pada logika persaingan. Mereka tidak mau bergerak bersama dengan organisasi kepemudaan lainnya karena menganggap orang yang diluar ideologi atau organisasi mereka adalah kompetitor sehingga harus dijaga jaraknya bahkan dijauhi. Saatnya pemuda Indonesia menggunakan logika kontribusi untuk Indonesia yang lebih baik. Dengan logika kontribusi maka yang ramai bukan persaingan tapi berlomba dalam kebaikan sehingga bisa berkarya sebanyak-banyaknya untuk kebaikan  masyarakat.
Singkatnya adalah peran pemuda masa kini tidak sekedar berwacana akan perubahan tapi harus benar-benar memberikan kontribusi yang kongkrit. Kontribusi yang diberikan bukan didasarkan atas persaingan tapi pengabdian kepada bangsa sebagai wujud amal kebaikan. Pemuda juga dituntut sebagai man of analysis dalam mencermati perubahan kehidupan sosial yang makin pesat. Maka dari itu, perubahan yang dilakukan pemuda adalah jawaban untuk masa depan.
Wallahua’lam

*Alumnus FIS UNY
Pengajar di BKB Nurul Fikri
Kota Bekasi, Jabar 2

Cttn: tulisan ini termuat di Koran Jawa Pos, 20 Mei 2011 dan menjadi Juara III Loma Esai Tingkat Nasional Kemenpora RI 2011

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger

Gempita_Follower