Oleh:
Epi Suhaepi, S.Pd
Pemuda
merupakan tumpuan dan harapan bangsa, disetiap kebangkitan suatu bangsa
terdapat pemuda sebagai rahasia kekuatannya. Peran pemuda yang membawa
perubahan bagi bangsa menjadi gelora semangat bagi generasi pemuda selanjutnya.
Pentingnya peran pemuda membuat Soekarno semangat untuk merubah dunia yang mana
hal ini tersirat dalam jargonnya yang terkenal, “berikan aku sepuluh pemuda maka akan kugoncangkan dunia”. Namun
demikian, ditengah kebanggaan akan peran pemuda, para pemuda saat ini kerapkali
terbuai karena keberhasilan dari generasi pendahulunya. Tugas besar mereka
dirasa sudah selesai sehingga mereka merasa tidak punya beban sejarah saat ini
dan disini. Justru karena prestasi yang ditorehkan oleh para pemuda terdahulu
maka sudah seharusnya hal itu dijadikan spirit-movement
oleh pemuda sekarang untuk menjadikan Indonesia lebih baik lagi. Kebanggaan
akan masa lalu tanpa dijadikan pelajaran untuk mengukir prestasi dimasa depan
hanya menjadikan harapan jauh dari kenyataan.
Peran
pemuda masa kini amat berbeda dengan peran pemuda dimasa lalu. Dalam sejarah
pemuda Indonesia, kita mengenal beberapa generasi pemuda Indonesia yang
terlahir untuk menjawab kondisi krisis pada zamannya. Dimasa penjajahan, tahun
1908 telah lahir gerakan Boedi Oetomo yang mengawali kebangkitan bangsa
Indonesia. Dua puluh tahun kemudian terlahir gerakan pemuda yang mengikrarkan
diri dalam rangka menyatukan rasa dan asa yang disebut dengan Sumpah Pemuda
(1928). Mereka hadir sebagai pemuda-pemudi yang siap berada digarda terdepan
dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Kemudian, pada masa kemerdekaan,
pemuda Indonesia dihadapkan pada tantangan internal bangsanya sendiri yaitu
generasi 66 yang berhasil menumbangkan rezim Orde Lama (Soekarno) dan keberhasilan
yang sama dicetak oleh generasi 98 yang menumbangkan rezim Orde Baru
(Soeharto). Kelahiran generasi Beodi Oetomo, Sumpah Pemuda, generasi 66 dan
generasi 98 merupakan reaksi dari kondisi saat itu sehingga kalau strategi
perjuangan pemuda Indonesia masa lalu dijadikan strategi perjuangan masa kini
maka kurang relevan lagi. Akan tetapi, fakta sejarah itu aman dikonsumsi dimasa
kini asal dalam kadar yang minimal. Artinya, gerak perjuangan para pemuda
terdahulu jangan diambil secara mentah tetapi dilakukan penyaringan terlebih
dahulu sehingga bisa diambil mana yang bisa digunakan dengan kondisi masa kini
dan mana yang tidak.
Gerakan
pemuda Indonesia masa kini harus melangkah lebih maju dan memperluas peran
serta fungsinya. Perluasan peran ini sebagai respon dari perubahan zaman dan sekaligus
proses metamorfosis dari masa lalu untuk menjawab tantangan masa depan.
Metamorfosis itu menghendaki kelanjutan dari perjuangan masa lalu dan perbaikan
untuk masa depan. Pertama, dari
wacana menuju realita. Wacana-wacana yang seringkali digaungkan oleh berbagai
organisasi pemuda tentang korupsi, kemiskinan, HAM dan globalisasi terlalu
mewah bagi rakyat Indonesia yang mayoritas miskin. Mereka rela menyokong rezim
apa saja hanya dengan imbalan satu liter beras. Oleh karena itu, program pemuda
seperti desa binaan, pemberdayaan anak jalanan dan kuliah kerja nyata (KKN)
lebih bermanfaat dari sekedar aksi wacana, baik melalui demontrasi maupun
media. Hal ini bukan berarti menganggap bahwa wacana tidaklah penting, tetapi hanya menegaskan bahwa jangan
jadikan wacana menjadi harapan tunggal
yang bisa membawa perubahan.
Kedua, lemahnya
semangat kontribusi. Seringkali kita melihat berbagai organisasi kepemudaan
tidak mau bergerak bersama padahal menyuarakan hal yang sama. Program atau
kegiatan yang dipelopori para pemuda seringkali didasarkan pada logika
persaingan. Mereka tidak mau bergerak bersama dengan organisasi kepemudaan
lainnya karena menganggap orang yang diluar ideologi atau organisasi mereka
adalah kompetitor sehingga harus dijaga jaraknya bahkan dijauhi. Saatnya pemuda
Indonesia menggunakan logika kontribusi untuk Indonesia yang lebih baik. Dengan
logika kontribusi maka yang ramai bukan persaingan tapi berlomba dalam kebaikan
sehingga bisa berkarya sebanyak-banyaknya untuk kebaikan masyarakat.
Singkatnya
adalah peran pemuda masa kini tidak sekedar berwacana akan perubahan tapi harus
benar-benar memberikan kontribusi yang kongkrit. Kontribusi yang diberikan
bukan didasarkan atas persaingan tapi pengabdian kepada bangsa sebagai wujud
amal kebaikan. Pemuda juga dituntut sebagai man
of analysis dalam mencermati perubahan kehidupan sosial yang makin pesat. Maka
dari itu, perubahan yang dilakukan pemuda adalah jawaban untuk masa depan.
Wallahua’lam
*Alumnus FIS UNY
Pengajar di BKB
Nurul Fikri
Kota Bekasi,
Jabar 2
Cttn: tulisan
ini termuat di Koran Jawa Pos, 20 Mei 2011 dan menjadi Juara III Loma Esai
Tingkat Nasional Kemenpora RI 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar